
Larangan Mudik Lokal Aglomerasi Tidak Akan Efisien
Fokus Update – Larangan Mudik Lokal Aglomerasi Tidak Akan Efisien, Sosiolog dari Kampus Negeri Jakarta (UNJ) Ubedillah Badrun memandang larangan bermudik lokal di daerah aglomerasi tidak akan efisien untuk menahan mobilisasi warga.
Menurut dia, beberapa orang yang tinggal di satu daerah aglomerasi telah sama-sama berjumpa dan lakukan berbagai rutinitas bersama saat sebelum ada pembatasan mudik. Jadi aneh bila sekarang dilarang untuk berjumpa keduanya walau sebenarnya ada di lingkungan yang bersisihan.
Larangan Mudik Lokal Aglomerasi Tidak Akan Efisien
“Jika misalkan mudik lokal dilarang di satu aglomerasi seperti Jabodetabek ya tidak efisien dan tidak ada urgensinya hentikan mobilisasi untuk mudik,” kata pria yang dekat dipanggil Ubed ke Fokus Utama, Jumat (7/5).
“Malah orang kan jadi aneh dengan peraturan ini. Mereka biasa bertemu setiap hari di rutinitas sosial-ekonomi, Ini kok cocok lebaran malah dilarang,” tambahnya. Ubed menjelaskan jika mudik dan bersilahturahmi saat Lebaran sebagai budaya yang paling menempel dalam masyarakat Indonesia.
Rutinitas mudik yang telah mengakar kuat itu akan susah di hilangkan. Tidak cuman mudik dari kota-desa, tetapi mudik antarkota untuk berkunjung sanak saudara pasti juga dilaksanakan warga saat lebaran.
Menyaksikan hal tersebut, larangan mudik lokal dipandang tidak akan efisien. Masalahnya warga yang ada di daerah aglomerasi yang serupa akan cari bermacam langkah supaya bisa bersilaturahmi ke sanak saudaranya saat lebaran.
Ditambah lagi, daerah aglomerasi seperti Jabodetabek termasuk benar-benar padat warga, hingga gampang ‘kucing-kucingan’ dengan petugas. “Saat rutinitas kebudayaan itu diusapt dirintangi, itu jadi masalah untuk serasi sosial, mengusik keadaan sosiologis yang tercipta beberapa puluh tahun itu,” sambungnya.
Tidak itu saja, Ubed memandang larangan mudik lokal prospektif membuat gesekan di antara warga dengan petugas semakin tinggi. Ditambah lagi, banyak petugas nanti akan dikeluarkan untuk berjaga di perbatasan-perbatasan daerah aglomerasi keduanya.
“Bersilahturahmi itu kan maksudnya bangun kehangatan dan serasi. Saat serasi terganggu ya akan terjadi disharmoni. Saat itu terjadi tekanan sosial naik . Sehingga saya simak pemerintahan tidak punyai mengantisipasi yang bagus masalah itu,” kata Ubed.
Dijumpai, pemerintahan barusan larang warga mudik lokal di daerah aglomerasi sejauh 6-17 Mei. Larangan diterapkan buat merusak ketidaktahuan warga. Dikutip dari Info Nusantara.
“Untuk merusak ketidaktahuan warga berkaitan mudik lokal di daerah aglomerasi, saya tekankan pemerintahan larang apa saja wujud mudik, baik lintasi propinsi atau satu daerah kabupaten/kota aglomerasi,” kata Wiku dalam pertemuan jurnalis yang ditayangkan lewat saluran Sekretariat Presiden, Selasa (4/5).