
Cerita Korban Tsunami Aceh
Cerita Korban Tsunami Aceh 16 Tahun Lalu Masih Berada di Shelter – Tsunami Aceh telah berakhir. Tetapi, dua windu itu belum mengganti nasib beberapa korban musibah besar itu. Diantaranya ialah Rian Aldiansyah (32).
Rian adalah Masyarakat Lampaseh Kota Banda Aceh sebagai korban tsunami pada 26 Desember 2004. Dan sampai sekarang, ia dengan keluarga kecilnya masih tinggal di dalam rumah penampungan.
“Dari dahulu saya sudah tinggal di penampungan bersama ayah dan hingga saat ini, sesudah menikah saat ini,” kata Rian Aldiansyah waktu dijumpai di dalam rumah sakit di Banda Aceh.
Di dalam rumah shelter dengan ukuran seputar empat mtr. Itu Rian tinggal bersama istri dan dua bocah lelakinya. Anak sulung namanya Fiqih berusia sembilan tahun sedang mengenyam landasan landasan, sewaktu-waktu adiknya Ali baru tujuh tahun.
Rian adalah seorang office boy di kantor Dusun Lampaseh Aceh dengan tahap kurang lebih Rp1,2 juta per bulan. Sedang istrinya, Kiki Wahyuni penjual gorengan dengan tidak sehalus apa saja.
Cerita Korban Tsunami Aceh 16 Tahun Lalu Masih Berada di Shelter
Rumah mereka terus menerus kebanjiran waktu hujan turun sebab begitu rendah, apa lagi ada aliran pembuangan udara. Bahkan juga kamar mandi yang dipakai itu dari sisa rumah tsunami. Di saksikan langsung oleh waktu Fokus Udate .
“Jika hujan masuk air sebab tidak ada aliran pembuangan dan sesudah banjir tentu malamnya banyak nyamuk sebab papan telah basah,” katanya dikutip dari Di antara.
Rian akui telah berusaha mencapai kontribusi dimulai dari kecamatan sampai ke Pemerintahan Kota Banda Aceh. Tetapi, upayanya belum berbuah hasil. “Semenjak 2009 terus diurusi, cuman diberi nomor barisan saja di Pemko, tetapi belum sukses berkontribusi,” jelasnya.
Korban tsunami aceh 16 tahun masih berada di tempat penampungan
Fakta pemerintahan, lanjut Rian, sebab dianya belum penuhi syarat-syarat umur masih di bawah 32 tahun. Dari surat yang ia peroleh dari pemerintahan jika yang menerima kontribusi rumah harus berusia 40 tahun ke atas.
“Jika semacam itu ketentuan kita turut, kemungkinan benar-benar tidak pantas diberi, sama Baitul Mal semacam itu. Tetapi kan kita benar-benar perlu rumah,” ucapnya.
Rian menjelaskan keluarganya benar-benar pernah berkontribusi tsunami dari Tubuh Pemulihan dan Rekonstruksi (BRR) atas nama perintah. Tetapi, rumah itu ditempati oleh abang kandungnya yang telah memiliki keluarga.
“Korban Tsunami Aceh Satu rumah menyembahkan BRR yang diserahkan ke abang, ia telah memiliki keluarga, begitupun dengan saya, kan mustahil tinggal satu rumah, karena itu saya masih berada di tempat penampungan ini,” terangnya. Di kutip dari Lintas Terkini .
Rian tidak mengharap banyak pemerintahan, dia cukup menginginkan pembaruan atap, aliran udara dan sedikit ada penumpukan. “Saya tidak mengharap dibuat rumah siap jadi, jika ada pembaruan atap yang bocor, aliran udara, dan sedikit dilumpukkan di bawah lindungan kami ini,” tutupnya.